Bukanlah panjangnya umur yang menjadi ukuran.
Namun ukurannya adalah bagaimana seseorang menghabiskan umurnya.
Dengan apa ia mengisinya?
Sebagian orang hidup dengan umur yang panjang,
tapi ia tidak memanfaatkan umur yang panjang ini
dengan hal yang bermanfaat baginya di negeri akhirat.
Umurnya hilang sia-sia!
Sebagian orang lainnya hidup dengan umur yang pendek,
tapi ia baik dalam memanfaatkannya,
dan mengisinya dengan ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla,
sehingga dengan demikian, ia dapat meraih pahala dan keutamaan.
Di sini disebutkan satu contoh,
yaitu seorang sahabat yang mulia, Saad bin Muadz radhiyallahu ‘anhu.
Beliau adalah salah satu pemuka kaum Anshar.
Beliau masuk Islam pada umur 31 tahun,
dan meninggal dunia dalam umur 37 tahun.
Yakni ia hanya menghabiskan umurnya dalam Islam 6 tahun saja, dan pendapat lain mengatakan 7 tahun.
6 atau 7 tahun ini termasuk sedikit.
Beliau hanya hidup dalam Islam selama 6, 7, atau 8 tahun, atau bahkan jika 10 tahun,
termasuk sebentar jika dibandingkan dengan rata-rata umur manusia
dan hidup yang ia jalani dalam kehidupan ini.
Kendati demikian, saat beliau meninggal dunia, arsy Allah bergetar karena wafatnya.
Sebagaimana dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadis ini, yakni hadis bahwa ketika Saad bin Muadz meninggal, arsy Allah bergetar karena kematiannya
adalah hadis sahih, diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahih mereka.
Bahkan adz-Dzahabi berkata, “Itu hadis mutawatir,
dan aku bersaksi bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyabdakannya.”
====
لَيْسَتِ الْعِبْرَةُ بِكَثْرَةِ السِّنِيْنَ
لَكِنَّ الْعِبْرَةَ بِكَيْفَ يَقْضِي الْإِنْسَانُ هَذِهِ السِّنِيْنَ
بِمَاذَا يَمْلَؤُهَا
بَعْضُ النَّاسِ يَعِيْشُ عُمُرًا طَوِيْلًا
وَلَكِنَّهُ لَا يَغْتَنِمُ هَذَا الْعُمُرَ الطَّوِيلَ
فِيمَا يَنْفَعُهُ فِي الدَّارِ الْآخِرَةِ
وَيَضِيْعُ عَلَيْهِ عُمُرُهُ
وَبَعْضُ النَّاسِ يَعِيْشُ عُمُرًا قَصِيْرًا
لَكِنَّهُ يُحْسِنُ اغْتِنَامَهُ
وَيَمْلَؤُهُ بِطَاعَةِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
فَيَنَالُ بِذَلِكَ أَجْرًا وَفَضْلًا
وَذُكِرَ هُنَا مِثَالٌ
الصَّحَابِيُّ الْجَلِيلُ سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
وَهُوَ سَيِّدٌ مِنْ سَادَاتِ الْأَنْصَارِ
أَسْلَمَ وَعُمُرُهُ إِحْدَى وَثَلَاثُوْنَ سَنَةً
وَمَاتَ وَعُمُرُهُ سَبْعٌ وَثَلَاثُونَ
أَيْ أَنَّهُ أَمْضَى فِي الْإِسْلَامِ سِتَّ سَنَوَاتٍ فَقَطْ وَقِيلَ سَبْعٌ
وَهَذِه السَّنَوَاتُ تُعْتَبَرُ قَلِيلَةً
مُجَرَّدٌ أَنَّهُ يَعِيْشُ فِي الْإِسْلَامِ سِتٌّ أَوْ سَبْعٌ أَوْ ثَمَانٍ أَوْ حَتَّى عَشَرٍ
تُعْتَبَرُ قَلِيلَةً مُقَارَنَةً بِمُتَوَسِّطِ عُمُرِ الْإِنْسَانِ
وَمَا يَعِيْشُهُ فِي هَذِهِ الْحَيَاةِ
وَمَعَ ذَلِكَ لَمَّا مَاتَ اهْتَزَّ لِمَوْتِهِ عَرْشُ الرَّحْمَنِ
كَمَا أَخْبَرَ بِذَلِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَالْحَدِيْثُ حَدِيْثُ أَنَّ سَعْدَ بْنَ مُعَاذٍ لَمَّا مَاتَ اهْتَزَّ لِمَوْتِهِ عَرْشُ الرَّحْمَنِ
حَدِيثٌ صَحِيحٌ أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ فِي صَحِيحَيْهِمَا
بَلْ قَالَ الذَّهَبِيُّ إِنَّهُ مُتَوَاتِرٌ
أَشْهَدُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَهُ